Pythium aphanidermatum
Jamur
Infeksi dimulai di daerah kerah dari batang semu dan bergerak ke atas dan ke bawah. Daerah kerah dari batang semu yang terserang menjadi berair dan pembusukan menyebar ke rimpang. Pada tahap selanjutnya, infeksi akar juga dapat terjadi. Gejala pada daun tampak berupa menguningnya ujung daun bagian bawah, yang berangsur-angsur menyebar ke helaian daun. Pada tahap awal infeksi, bagian tengah daun tetap hijau sedangkan tepinya menjadi kuning. Menguningnya diikuti dengan terkulai, layu dan mengalami pengeringan pseudostems.
Berikan bubur kotoran sapi atau pupuk cair setelah setiap pelapisan mulsa untuk meningkatkan aktivitas mikroba dan ketersediaan nutrisi. Gunakan varietas tahan atau toleran untuk penanaman. Lakukan rotasi tanaman dengan jagung, kapas atau kedelai. Spesies antagonis Trichoderma seperti T. viride, T. harzianum dan T. hamatum diketahui menghambat pertumbuhan jamur patogen (40 g/m2).
Selalu pertimbangkan pendekatan terpadu, menggunakan kedua tindakan pencegahan bersama dengan perlakuan hayati, jika tersedia. Obati rimpang benih dengan mancozeb 0,3% selama 30 menit sebelum penyimpanan dan sebelum tanam untuk mengurangi timbulnya penyakit.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur tular tanah Pythium aphanidermatum, yang berkembang biak dengan bertambahnya kelembapan tanah pada awal angin muson barat daya. Jamur dapat bertahan hidup dengan dua cara. Pertama, jamur bertahan di rimpang sakit yang disimpan untuk dijadikan benih, dan kedua, dengan struktur dorman (tidur), seperti klamidospora dan oospora yang mencapai tanah dari rimpang yang terinfeksi. Kecambah yang lebih muda adalah yang paling rentan terhadap patogen dan penyakit ini diperparah oleh serangan nematoda. Suhu tinggi di atas 30°C dan kelembapan tanah yang tinggi merupakan faktor predisposisi penting yang mendukung penyakit ini. Kondisi lahan yang tergenang air akibat drainase yang buruk juga meningkatkan intensitas penyakit di lahan.